Yumeka Umemori Dattending college in New York
Yumeka Umemori, 21, yang kuliah di New York, telah mendokumentasikan pengalaman belajarnya di luar negeri di TikTok, di mana dia memiliki lebih dari 160.000 pengikut.
Dia baru-baru ini menjadi viral setelah membuka tentang kecelakaan kencan yang membingungkan yang tidak akan pernah terjadi di kampung halamannya di Jepang.
Jika wanita tidak cukup sulit untuk dipahami, wanita dari Jepang membuat hal yang sudah tidak bisa dipahami menjadi lebih sulit. Bagaimana mereka mencapai ini? Jauh sebelum kita mulai mari kita dengan peringatan yang sama yang digunakan dalam artikel Pria Jepang kami.
Ini adalah gambaran stereotip wanita Jepang, dengan penekanan pada stereotip. Seperti halnya budaya dan orang mana pun, ada kesamaan, namun hal itu tentu saja tidak berlaku untuk semua warga negaranya.
Artikel ini menjelaskan bagaimana wanita muda di Jepang melanggar cita-cita literasi yang baik, terutama gagasan tentang tulisan wanita normatif, ketika mereka menulis teks yang dibuat dengan hati-hati namun sulit dibaca. Menulis dalam gaya novel ini berfungsi sebagai penanda identitas generasi dan gender, dan orang tua serta orang luar menganggapnya tidak masuk akal, tidak feminin, dan tidak sedap dipandang. Selain itu, gaya penulisannya sendiri menunjukkan sikap ekspansionis melalui penggunaan beberapa set skrip, font, dan ikon. Temuan ini menawarkan koreksi terhadap keilmuan tentang sistem penulisan yang secara rutin mengabaikan pentingnya pemahaman gestalt tentang tulisan.
Ketika saya belajar di luar negeri di Jepang beberapa tahun yang lalu, saya ingat betapa banyak orang dalam program saya yang datang karena kecintaan pada anime.
Saya juga ingat berapa banyak dari orang-orang yang sama yang sangat ingin berkencan dengan seorang gadis Jepang — sebuah fenomena yang tidak biasa di sekolah bahasa dan program pertukaran mata uang asing.
“Beberapa teman laki-laki saya di sekolah mengakui bahwa mereka memiliki sedikit fetish Asia,” kata Emily Brown, seorang siswa berusia 25 tahun di sebuah sekolah bahasa di Fukuoka. “Mereka akan secara terbuka mengakui bahwa mereka menyukai gadis Asia, dan ada juga fetish untuk pria asing di kalangan wanita Jepang.”
Dinamika ini telah menyebabkan istilah seperti "pemburu gaijin" dan "demam kuning", yang memiliki dinamika struktural, ras, dan budaya yang kompleks di belakangnya. Selain itu, fetish dan ketertarikan tidak selalu memengaruhi bagaimana rasanya menemukan cinta sebagai orang yang tinggal di Jepang.
Setelah berbicara dengan orang-orang di komunitas internasional tentang aplikasi kencan bulan lalu, saya ingin bertanya kepada orang-orang apa pendapat mereka tentang peran gender dan budaya dalam kencan antar ras dan antar budaya. Seperti artikel sebelumnya, beberapa orang yang saya ajak bicara meminta nama samaran agar mereka dapat memisahkan kehidupan pribadi dan profesional mereka dan berbicara tentang pengalaman mereka dengan cara yang lebih jujur.
Himono-onna, Minato-ku joshi, Age-Man... Anda mungkin pernah mendengar istilah ini atau melihatnya berulang kali muncul di media sosial. Apa maksudnya, dan apa hubungannya dengan wanita di Jepang? Nah, artikel ini akan menjawab pertanyaan Anda—dan memberi Anda gambaran sekilas tidak hanya tentang wanita di balik kelompok inventif tersebut, tetapi juga masyarakat Jepang secara keseluruhan.